Tampak Depan Keseluruhan

“Bentuknya tidak seperti masjid”, ujar beberapa orang yang pertama kali datang mengunjungi mesjid Assyafaah Singapura ini. Memang secara kasat mata, penampilan bangunan mesjid satu ini memang berbeda dengan desain-desain mesjid pada umumnya di kawasan Asia Tenggara. Ada semacam “tradisi” yang didobrak oleh perancangnya. Tradisi desain mesjid yang ketimur tengah-timur tengahan yang pada umumnya menjadi dasar ekspresi penampilan mesjid seperti dibantah oleh sang arsitek dengan desain modern tetapi tetap mempunyai detil dan symbol-simbol yang bernafaskan Islam. Islam dalam perkembangannya memang tidak pernah melahirkan serta menegaskan langgam arsitektur tertentu. Sebaliknya, Islam sebagai suatu gaya hidup mendorong kebudayaan lokal untuk berkembang sepanjang tidak bertentangan dengan syariat. Begitu juga dengan seni bangunan. Apa yang berkembang saat ini dan disebut-sebut sebagai arsitektur islami sebenarnya adalah pengembangan kebudayaan lokal etnis tertentu yang dikembangkan oleh seniman-seniman dan arsitek-arsitek muslim masa lampau sebagai salah satu cara memuja kebesaran Sang Khalik. Dengan demikian, adalah sah-sah saja bangunan mesjid sebagai bangunan religius agama Islam tampil dengan desain yang kekinian, modern sepanjang fungsi dan sesuai dengan garis tata cara beribadah di dalamnya.

assyafaah-3-detil-minaret-dan-selubung-bangunan2

Muncul dengan desain tanpa kubah yang kontemporer, mesjid dengan 4 lantai dan 1 basement ini tampil seperti bangunan kontemporer yang dinamis dengan material fabrikasi modern yang kental. Arsitektur kontemporer memang bermain dalam dua kutub utama dunia arsitektur ; fungsi dan bentuk. Fungsional menjadi suatu unsur yang wajib dipegang oleh arsitek dalam merancang suatu bangunan karena mengandung konsekwensi bahwa desain yang baik salah satunya adalah dapat mewadahi fungsi dengan baik. Sedangkan bentuk terkait dengan estetika dan seiring berjalannya waktu, estetika adalah nilai-nilai relative yang terus berubah sesuai jaman. Ini berarti pula kemajuan teknologi khususnya teknologi struktur dan bahan yang terus berkembang menjadi unsur utama pembentuk estetika dalam suatu desain. Pemahaman diatas inilah yang kemudian berujung pada kesimpulan logis bahwa desain kontemporer yang baik harus dapat mengakomodasi dua kebutuhan dari perancangan; fungsional dan estetis.

Perpaduan beton polos pada strukturnya dengan alumunium dan baja sebagai detilnya dan material kaca sebagai pelengkap menjadi daya tarik utama dari ekspresi mesjid ini. Simbol-simbol islami dalam sebuah mesjid tetap tampil tetapi dengan wajah yang agak berbeda. Pola-pola arabesque – pola geometris khas timur tengah – yang kerap dipakai sebagai pembatas visual yang transparan atau screen pada arsitektur timur tengah muncul dengan re-interpretasi desain yang baru. Pola-pola ini muncul dengan bentuk-bentuk perulangan geometris baru yang kreatif bermaterial alumunium sebagai selubung bangunan. Unsur penting mesjid lainnya seperti minaret (menara pengumandang azan) juga dimunculkan dengan bentuk yang kontemporer dengan material baja rusted lempeng yang disusun dari berbagai lempeng baja yang disimbolkan sebagai huruf pertama abjad arab ; alif.

Bertempat di Sembawang Estate di utara Singapura dengan segala kepadatan penduduk dan beragam etnisnya, maka desain yang ditawarkan oleh Forum Architects Singapore harus dapat tampil sebagai suatu bentuk yang toleran dan harmonis terhadap keberagaman tersebut. Bangunan tidak mengambil bentuk dari arsitektur Melayu sebagai etnis mayoritas muslim di Singapura. Bahkan gaya timur tengah sebagaimana umumnya mesjid – dengan kubah dan segala busur Moorishnya – juga tidak diterapkan disini karena dikhawatirkan akan menjadi bentuk yang asing bagi lingkungan sekitar yang bertebarkan bangunan apartemen modern yang bertingkat-tingkat. Dengan demikian, bangunan dapat selaras dengan perkembangan desain arsitektur Singapura yang kontemporer tetapi tetap mempunyai ciri religius.

assyafaah-5-pola-geometris

Sebagai rumah ibadah agama Islam, Mesjid Assyafaah harus tetap mempunyai fungsi sebagai pusat perkembangan Islam di kawasan tempatnya berada. Maka fungsinya juga dilengkapi dengan perpustakaan, kegiatan kursus-kursus keagamaan serta semacam taman pendidikan agama untuk anak-anak. Dengan demikian sebagai mesjid yang akan mewadahi banyak jemaah, maka unsur penghawaan udara menjadi unsur yang sangat dipertimbangkan dalam perancangan khususnya ruang sholat utamanya. Elemen kaca sebagai selubung bangunan yang dapat memerangkap hawa panas dalam bangunan juga dipertimbangkan dengan membentuknya dengan susunan krepyak/louver sehingga tetap terdapat bukaan-bukaan sebagai ventilasi dengan tetap mempertahankan karakter kontemporer yang transparan dan modern.

Beralih pada suasana interior, seperti layaknya mesjid pada umumnya ruang sholat utama dibuat terbuka dengan udara luar, sehingga cross ventilation dapat tercipta optimal. Penggunaan elemen-elemen detil pola geometris sebagai screen pada sisi kiri dan kanan ruang sholat utama juga sebagai penyumbang utama ventilasi alami dari ruang ini.

Yang paling menarik dari interior mesjid ini adalah terdapatnya struktur melengkung dari beton yang menyambung untuk menyangga 3 lantai diatasnya. Struktur ini bersifat sebagai kolom dan balok pada struktur utama bangunan, yang diekspos pada bagian langit-langit dan menjadi bagian dari estetika interior bangunan. Struktur lengkung ini tampil kontras jika disandingkan dengan garis-garis horizontal maupun vertical yang sangat mendominasi bangunan mesjid ini. Justru dengan munculnya kontras ini, mau tidak mau bentuk ini mengambil perhatian orang yang masuk ke dalam ruang utamanya.

assyafaah-7-struktur-lengkung1

Detil mimbar khatib juga muncul menarik. Tampil dengan detil sederhana tetapi posisinya yang menggantung pada dinding depan membuat kesan melayang sehingga dapat menjadi point of interest dari dinding depannya. Penggunaan elemen kaca pada interior khususnya pada pagar pembatas void basementmemang tidak umum tampil di mesjid. Tetapi hal inilah yang mengkuatkan unsur kontemporer dari bangunan religius ini. Karakter kontemporer ini juga yang kembali diungkapkan pada area wudlu di basement. Dengan warna monokromatik dari gradasi hitam dengan penggunaan material granit hitam, batu andesit dan stainless steel hairline seperti mencoba memunculkan karakter sederhana tetapi tetap bersih yang menjadi spirit ajaran Islam.

assyafaah-4-detil-sisi-samping

Selesai dibangun pada tahun 2004, mesjid yang pengelolaannya dibawah Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) saat ini memang berada tengah-tengah area pengembangan Sembawang Estate yang masih terbuka. Oleh karena itu, Masjid Assyafaah masih muncul menjadi pusat perhatian karena letaknya yang agak berjauhan dengan deretan-deretan apartemen bertingkat. Tetapi, dalam beberapa tahun lagi tentunya area terbuka tersebut akan terbangun. Inilah yang kemungkinan diharapkan sang arsiteknya, bahwa bangunan ini akan tampil dengan nyaman dan harmonis di tengah-tengah masyarakat multi ras dan religi tetapi tetap mempunyai sinyal-sinyal keberadaannya sebagai pusat perkembangan agama Islam bagi masyarakat muslim Singapura.

(Tulisan ini sudah dimuat di Harian Kompas Minggu pada bulan Juni 2008 di Halaman Rubrik Desain)